Pelatihan HIV/AIDS

Aktivis Internasional Garap Bontang
Pelatihan Relawan HIV-AIDS oleh Laras
BONTANG - Langkah menanggulangi dan menekan penyebaran HIV-AIDS di Kaltim, khususnya Bontang, bukan hanya dilakukan elemen lokal. Aktivis internasional pun “menggarap” medan di Bontang demi menyadarkan bahaya dampak penyakit mematikan itu.

Gea Westerhof, misalnya. Aktivis HIV-AIDS internasional dari International Manager Mainline Foundation, Amsterdam, itu bersedia mengisi pelatihan tenaga lapangan atau relawan HIV-AIDS selama tiga hari, 19-21 November lalu, yang digelar di Sekretariat Lembaga Advokasi dan Rehabilitasi Sosial (Laras). Pelatihan dibuka pemerhati HIV-AIDS yang juga pembina Laras dr Neni Moerniaeni SpOG.

“HIV bisa dikatakan merupakan virus yang universal. Di negara manapun di belahan dunia ini, baik itu Eropa, Amerika, Afrika, Indonesia, bahkan Bontang, yang namanya virus HIV-AIDS cara menularnya sama. Namun, meski penularannya sama, penanganan virus ini berbeda. Aspek sosial budaya, kebiasaan masyarakat hingga lingkungan, sangat berpengaruh dalam penanganan HIV-AIDS,” jelas Gea.

Menurutnya, penularan virus tidak spesifik dan bukan semata mengancam orang-orang yang biasa bekerja di lokalisasi atau panti pijat. “Setiap orang bisa tertular HIV-AIDS. Makanya, kita perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat, bagaimana mencegah masuknya virus HIV-AIDS ke tubuh masing-masing,” katanya.

“Proteksi terhadap diri sendiri sangat penting. Dan, ini belum tentu dipahami oleh setiap individu. Tugas pekerja lapangan ataui relawan HIV-AIDS untuk menjelaskan hal itu ke masyarakat,” kata Gea yang dalam paparannya didampingi penerjemah Yesi.

Dalam pelatihan dengan pola Focus Group Discussion itu, Gea berupaya mengajak peserta untuk mencari formula atau pola dan metode yang tepat dalam menyampaikan masalah HIV-AIDS ke masyarakat. Khususnya, kepada mereka yang tergolong rentan terinfeksi.

“Pekerja lapangan harus bisa memahami kondisi dan situasi di lokasi. Untuk menjelaskan ke masyarakat agar mereka terhindar dari penularan HIV, perlu metode yang tepat. Pekerja lapangan harus bisa mendengar dan berbicara dengan klien dengan tepat. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam bekerja, juga harus bisa diterima oleh klien,” terang Gea.

Dijelaskan Gea, di negara berkembang, masyarakatnya lebih rentan terinfeksi HIV. Dan setiap negara, mempunyai sistem dan metode berbeda dalam menekan penyebarannya.

“Di Kenya–Afrika, informasi HIV-AIDS disampaikan lewat berbagai cara. Bahkan anak-anak diajari lagu-lagu khusus yang berisi pesan-pesan bahaya HIV-AIDS. Mereka juga melibatkan tokoh spiritual untuk memberi pemahaman akan bahaya HIV dan cara menghindarinya. Sedangkan di Selandia Baru, pencegahan HIV-AIDS dilakukan lewat edukasi kondom. Bahkan di negara tersebut, disebarkan kotak 400 ribu kotak yang berisi peralatan untuk pencegahan HIV-AIDS,” lanjut Gea seraya memperlihatkan film dokumenter penanganan HIV-AIDS di beberapa negara. pelatihan ini juga di hadiri oleh 20 finalis duta HIV kota bontang 2008, namun senarnya sudah buklan 20 nya finalis karna pada 26/10/08 sudah ada pemenangnya tapi biar g' ada ya d kecilkan jdi qta d panggilnya 20 duta HIV Kota Bontang 2008, dan juga d hadiri oleh 20 finalis duta remaja.......

0 komentar: